Senin, 12 Maret 2012

SEKALI LAGI TENTANG BUDAYA MEMBERI

Secara terbuka dan argumentative, tidak ada seorang pun yang dapat mematahkan alasan kebaikan memberi, namun seringkali dalam dataran kenyataan masih dijumpai berbagai kalangan yang berusaha mencari cari alasan untuk tidak merealisasikan memberi tersebut, sehingga memberi itu tidak bisa menjadi budaya di kalangan masyarakat. Hal tersebut kemungkinannya sebabnya ialah belum didapatkannya nikmat yang bisa dirasakan dalam memberi tersebut. Bahkan seringkali masih kita jumpai pula bahwa dalam memberi tersebut terdapat berbagai pertimbangan yang ujung ujungnya tidak jadi memberi.

Memang dalam persoalan ini sangat dibutuhkan perenungan yang mendalam, sembari mengingat semua kebaikan memberi dan keburukan bakhil serta berbagai penyakit hati. Untuk persoalan inipun sudah banyak orang yang mengetahuinya dengan sangat gambling, tetapi belum banyak yang melaksanakan perenungan tersebut sehinga banyak pula yang belum medapatkan ketulusan hati yang sejati. Akibatnya berbagai pertimbangan duniawi yang mendominasi kehidupan seseorang tersebut.

Padahal kita semua tahu bahwa hidup di dunia ini tidaklah langgeng, dan kehidupan akhiratlah yang kekal selama lamanya. Untuk itu seharusnya bekal yang dipersiapkan untuk kehidupan akhirat harus lebih banyak dibandingkan dengan bekal yang harus dipersiapkan untuk kehidupan di dunia, termasuk persiapan amal dalam bentuk memberi. Sesungguhnya semua orang juga sudah mengetahui bahwa harta yang banyak yang ditumpuk di dunia, sama sekali tidak akan bisa memberikan manfaat bagi dirinya, kalau tidak dipergunakan untuk beramal. Bahkan malahan dapat menjadi bebannya di akhirat nanti.

Ada pertanggung jawaban kita di akhirat nanti kepada Tuhan atas kepercayaan di diberikan Tuhan kepada kita. Pertanggung jawaban yang paling berat tentunya prtangung jawaban harta. Kalau tentang usia, Tuhan hanya akan minta pertanggung jawaban kepada kita tentang untuk apa usia yang diberikan oleh Tuhan tersebut dihabiskan di dunia. Tetap untuk harta, Tuhan akan minta pertanggung jawaban dua hal sekaligus, yakni dari mana harta tersebut di dapatkan; apakah dengan jalan yang halal ataukah melalui jalan yang dilarang. Setelah itu baru Tuhan akan meminta pertanggung jawban tentang setelah didapatkan harta tersebut kemudian untuk apa.

Nah, ternyata harta yang kita miliki dan cari selama ini bisa membuat hidup kita menjadi bahagia dan sejahtera, tetapi juga bisa menjadikan kita sengsara dan menderita. Semua itu tergantung kepada bagaiamana kita memenejnya. Jikalau harta yang kita dapatkan tersebut melalui jalan yang benar dan tidak merugikan pihak lain, maka sesungguhnya itu baru merupakan langkah awal. Sementara itu langkah selanjutnya ialah bagaimana kita dapat mengelola harta kita tersebut untuk kebaikan, terutama keluarga kita, dan kemudian juga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama di lingkungan kita.

Salah satu cara untuk menjadikan harta yang kita miliki dapat memberikan kebahagiaan kita ialah dengan membagikan sebagiannya untuk mereka yang membutuhkan. Kita sangat paham kebutuhan mendesak seseorang itu terkadang datangnya sangat menddadak dan terkadang pula berbarengan dengan kondisi yang kurang menguntungkan bagi kita, sehingga diperlukan pengeolaan sedemikian rupa sehingga sewaktu waktu ada kebutuhan yang mendesak, kita dapat mengatasinya.

Untuk keperluan mendesak yang sifatnya pribadi barangkali dapat diatasi dengan cara menabung harta kita, tetapi untuk mengatasi keperluan mendesak yang ada hubungannya dengan pihak lain, tentu dibutuhkan cara yang memunginkan untuk itu. Salah satu caranya ialah dengan membudayakan memberi dan ditampung dalam satu wadah, sehingga hal tersebut akan dapat menjadi solusi yang sangat membantu kepada masyarakat yang sangat membutuhkannya. Jadi memberi kepada siapapun itu merupakan kebaikan, namun akan lebih baik dan bermanfaat manakala pemberian tersebut dikelola dengan baik, sehingga akan dapat memberikan manfaat yang lebih besar.

Bahkan dalam lingkup yang lebih luas, budaya memberi yang kemudian dikelola dengan baik, akan dapat mengatasi atau setidaknya membantu mengatasi persoalan social yang ada. Sebagai contoh kita dapat menggambarkan bahwa dengan terkumpulnya uang, sangat mungkin kita dapat melakukan pebinaan, baik kepada para penyandang persoalan social maupun mereka yang membutuhkan ketrampilan untuk berusaha. Pendeknya sangat banyak manfaat yang dapat dipetik, manakala budaya memberi tersebut direalisasikan dan kemudian dikelola dengan baik.

Namun sekali lagi kita sangat sedih kalau kemudian kebaikan budaya memberi yang demikian jelas tersebut tidak mendapatkan respon positif dari masyarakat. Meskipun demikian saya msih sangat optimis bahwa ajakan dan anjuran untuk membudayakan memberi tersebut akan mendapatkan sambutan yang cukup baik dari sebagian besar masyarakat, setidaknya di kalangan warga besar IAIN Walisogo Semarang.

Tidak mudah memang untuk memberikan motivasi kepada masyarakat untuk membudayakan memberi tersebut, karena mainset kebanyakan masyarakat masih kepada persoalan duniawi ansich dan belum banyak mempertimbangkan kehidupan kekal di akhirat. Dan kondisi sepeprti itu sesungguhnya sudah ada semenjak dahulu, sehingga kita mengenal pernyataan yang sangat terkenal di kalangan umat Islam, yakni: " berbuatlah kalian semua untuk duniamu seakan kalian akan hidup selamanya, dan berbuatkan untuk kepentingan akhiratmu, seolah kalian akan meninggal besuk".

Persoalannya kemudian pemahaman dan penafsiran terhadap pernyataan tersebut terkadang dibalik, sehingga pengertiannya menjadi berbuatkanlah dan berinvestasilah untuk duniamu sebanyak banyaknya, karena kalian akan hidup lama di dunia dan memerlukan biaya yang cukup banyak. Sedangkan untuk akhirat cukup biasa biasa saja karena seolah kalian esok akan mati, sehingga tidak membutuhkan ongkos yang banyak. Pengertian yang cukup menyeleweng dari maksud sesungguhnya dari pernyataan tersebut ternyata mendominasi mayoritas masyarakat kita, sehingga mereka kemudian mati matian mengejar dunia sampai sampai terkadang melupakan akhirat.

Padahal pernyataan tersebut seharusnya dipahami bahwa karena kita akan hidup cukup panjang, maka tidak usah ngoyo dalam mencari dunia, toh besuk masih banyak hari dan kesempatan untuk mencarinya. Sedangkan untuk akirat yang kekal harus kalian cari sedemikian rupa karena waktumu tidak banyak untuk berinvestasi di sana. Untuk itu keperluan akhirat harus dilakukan secara sungguh sungguh dan sebanyak banyaknya, agar dapat berinvestasi yang cukup untuk krhidupan kekal di akhirat nanti. Jadi seharusnya dibalik yakni untuk kehidupan dunia tidak perlu terlalu ngoyo karena hidup masih panjang dan masih banyak kesempatan, sementara untuk akhirat waktunya sangat terbatas, padahal yang harus dipersiapkan cukup banyak, karenanya harus serius.

Kiranya cukup banyak bukti yang sesungguhnya dapat kita jadikan pegangan dalam membudayakan memberi tersebut, dan secara keseluruhan kita sama sekali tidak meneukan unsure negative dalam budaya memberi tersebut. Barangkali mungkin ada kemungkinan negatifnya, manakala memberi tersebut belum menjadi budaya dan apalagi ditambah dengan adanya motif tertentu yang selain karena Tuhan alias ikhlas. Kemungkinan negative tersebut antara lain karena sifat riya' yang menyertainya, atau mengharapkan balasan dari yang diberi untuk kepentingannya yang lebih besar, atau motivasi lainnya.

Tetapi kita sangat yakin bahwa kalau memberi tersebut sudah menjadi budaya maka sifat sifat negative dan bahkan dapat merusak tersebut akan hilang dengan sendirinya. Memang terkadang di awal kita berupaya memberi tersebut akan timbul sifat jelek tersebut, namun kalau kemudian kita cepat menyadarinya dan apalagi kemudian sudah terbiasa dengan memberi tersebut, maka dengan mudah kita akan menghilangkan sifat merusak tersebut.

Untuk itu kita juga menghimbau kepada masyarakat bahwa dalam membudayakan memberi tersebut sebaiknya memang dibarengi dengan menata hati dan pikiran kita dengan mengadakan perenungan mendalam seperti yang saya sebutkan di atas. Dengan begitu semenjak awal kita sudah bisa menata kehidupan kita untuk menyongsong kehidupan di masa mendatang yang tentunya lebih panjang dan kekal. Mudah mudahan masyarakat dapat menyadarinya dan sekaligus berkomitmen untuk menjadikan memberi tersebut sebagai budaya sehari hari dalam menapki kehidupan ini. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar