Minggu, 13 November 2011

MEMAKNAI KURBAN

Idul Adl-ha atau hari raya kurban merupakan hari raya bagi umat Islam yang sangat penting artinya, disamping idul fitri, walaupun harus diakui bahwa untuk masyarakat muslim di Indonesia masih lebih memberikan apresiasi kepada idul fitri ketimbang idul adl-ha. Itu disebabkan diantaranya ialah bahwa idul fitri dirayakan setelah sebulan lamanya umat Islam menjalankan ibadah puasa, sementara itu idul adl-ha dirayakan bersamaan dengan pelaksanaan ibadah hajji dan bagi yang tidak menunaikan ibadah hajji, seolah hari raya tersebut kurang greget. Kalau pada idul fitri umat Islam disibukkan dengan persoalan mudik, maka untuk idul adl-ha seolah tidak ada kegiatan mudik sama sekali, dan hanya terlihat kesibukan di beberapa masjid, mushalla, dan yayasan yang menyelenggarakan penyembelihan hewan kurban saja.

Memang Idul kurban tidak sama dengan idul fitri, meskipun keduanya sama sama merupakan hari raya bagi umat Islam. Hanya saja perhatian umat Islam sendiri memang berbeda dalam menyikapi keduanya, padahal idul adl-ha sesungguhnya merupakan hari raya besar dan mempunyai arti yang sangat luas bagi umat itu sendiri. Sementara itu idul fitri sendiri hanyalah hari raya yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa umat Islam telah kembali kepada kesucian setelah sekian lama menjalankan puasa. Namun sekali lagi perhatian umat Islam, terutama yang berada di Indonesia lebih menekankan kepada perayaan idul fitri dengan nilai silaturrahmi yang telah dibangun oleh para pendahulu.

Namun demikian hari raya kurban ini juga mempunyai nilai silaturrahmi yang tidak kalah pentingnya dengan silaturrahmi pada saat idul fitri, karena hari raya kurban lebih menekankan kepada keikhlasan untuk berbagi dengan sesame, terutama mereka yang kurang dalam segi ekonomi. Makna kurban itu sendiri sesungguhnya ialah mendekatkan diri kepada Tuhan, karena dengan melaksanakan ibadah shalat id dan sekaligus memotong hewan kurban, sesungguhnya seseorang telah berusaha untuk memperbaiki dirinya secara pribadi dan sekaligus memperbaiki kondisi pihak lain, yaitu mereka yang kurang mampu. Dengan memberikan sedikit daging kepada mereka yang kurang mampu tersebut juga terkandung nilai silaturrrahmi yang tidak langsung.

Sebagaimana diketahui bahwa ibadah kurban itu merupakan perintah tuhan sebagaimana termaktub dalam surat al-Kautsar, yang maksudnya: “sesungguhnya Aku telah memberikan al-kautsar (kebaikan yang banyak dan berlimpah) kepadamu, karena itu laksanakanlah shalat (dengan benar) dan berkurbanlah, sesungguhnya musuhmu itu terputus (dari kebaikan)”. Dari firman Tuhan tersebut kiranya dapat dimengerti bahwa untuk mencapai dan mendapatkankebaikan yang berlimpah tersebut haruslah ditempuh dengan dua syarat, yakni dengan melaksanakan shalat secara benar dan dengan melaksanakan kurban.

Ketika orang menjalankan shalat dengan benar sesuai dengan yang dituntunkan oleh Rasul Muhammad SAW, tentu orang tersebut akan dapat terhindar dari perbuatan keji dan mungkar, karena dia menghayati dengan baik apa yang diungkapkan saat menjalankan shalat, dan kemudian juga mewujudkannya secara nyata dalam kehidupannya di luar shalat. Demikian juga ketika seseorang melaksanakan kurban dengan tulus untuk memberikan dan berbagi dengan mereka yang kurang mampu, tentu dia akan merasa lega. Karena telah dapat sedikit berbagi rizkiyang dititipkan oleh Allah untuk mereka yang sangat membutuhkan.

Dengan demikian dapat dimengerti bahwa orang yang menjalankan shalat dengan benar dan menjalankan ibadah kurban secara tulus, ia akan bisa mendapatkan kebajikan yang berlimpah yang disediakan oleh Allah SWT. Tentu bagi siapa saja yang selalu berusaha untuk menghindarkan dirinya dari perbuatan mungkar dan keji dan selalu berusaha untuk melakukan perbuatan baik dan diridlai oleh Allah SWT, insya Allah dia akan selalu mendapatkan lindungan dari Allah dan sekaligus mendapatkan bimbingan dari-Nya, sehingga ia akan dapat kebaikan yang banyak. Demikian juga ketika dia kemudian mau berkurban secara tulus untuk berbagi dengan orang lain atas rizki yang diberikan oleh Tuhan, tentu dia akan bisa mendapatkan kebaikan yang dijanjikan oleh Tuhan tersebut.

Ibadah kurban sebagaimana yang saat ini kita lakukan hakekatnya bukan sekedar berbagi daging dengan mereka yang kurang mampu, tetapi lebih dari itu kurban sesungguhnya mengandung makna yang lebih luas. Diantara makna kurban tersebut ialah sikap solidaritas kepada sesame yang ditunjukkan dengan memberikan daging kurban kepada fakir miskin. Tetapi sekali lagi bukan karena pembagian daging kurban itu yang menjadi tujuan utama, melainkan adanya kepedulian dari mereka yang mampu kepada mereka yang kurang mampu. Artinya kurban tersebut hanyalah merupakan symbol, sehingga diharapkan dengan berkurban tersebut seluruh umat yang kebetulan mempunyai rizki yang lebih sangat dianjurkan untuk dapat membantu kepada mereka yang kebetulan berkekurangan.

Demikian juga dengan berkurban tersebut sesungguhnya dikandung maksud agar dalam melakukan apapun hendaknya dilandasi dengan ketulusan yang penuh. Kita semua tahu bahwa ibadah kurban tersebut merupakan napak tilas dari perbuatan yang dilakukan oleh nabi Ibrahim AS ketika mendapatkan perintah dari Tuhan untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail. Perintah tersebut sesungguhnya dimaksudkan untuk menguji ketulusan nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Tuhan; apakah Ibrahim lebih mementingkan dirinya dengan mempertahankan Ismail, ataukah lebih mementingkan Tuhan dengan memenuhi perintah Tuhan. Dan ternyata Ibrahim lebih mementingkan Tuhan, dengan dibuktikannya memenuhi perintah Tuhan untuk menyembeluh Ismail.

Nah, dengan ketulusan dan kesungguhan untuk menjalankan perintah Tuhan yang ditunjukkan oleh Ibrahim dengan menyembelih putranya tersebut, maka Tuhan kemudian memberikan kepada Ibrahim kebaikan yang melimpah dan dengan mengganti Ismail dengan seekor domba untuk disembelih Ibrahim. Kisah tentang rencana penyembelihan Ismail oleh bapaknya, Ibrahim tersebut juga melibatkan ibundanya, dan semuanya menunjukkan keiklasan yang demikian besar, meskipun mendapatkan godaan dari iblis untuk menggagalkan perintah Tuhan tersebut. Jadi intinya karena keikhlasan itulah nabi Ibrahim akan mendapatkan kebaikan dan ini juga dapat berlaku bagi siapapun juga.

Oleh karena itu kiranya perlu diingatkan kepada semua umat bahwa ibadah kurban tersebut bukan merupakan arena untuk maksud yang lain, seperti maksud riya’ atau pamer dengan memberikan hewan kurban untuk tujuan tertentu yang bukan ikhlas karena Tuhan. Kenapa hal tersebt sangat perlu diingatkan, ya, karena saat ini ada indikasi yang sangat jelas bahwa ibadah kurban dijadikan wahanya untuk maksud lain, seperti maksud politik ataupun lainnya. Memang ibadah kurban secara lahir merupakan upaya untuk membantu dan berbagi karunia Tuhan dengan mereka yang kurang mampu, sehingga tidak diperlukan kelengkapan lain, selain berupa hewan kurban itu sendiri. Namun sekali lagi karena kurban tersebut merupakan bentuk ibadah, tentu harus melibatkan niat di dalamnya. Dan keikhlasan itulah yang seharusnya menjadi pelengkap seseorang yang melakukan ibadah kurban tersebut.

Karena itu kiranya tidak patut bagi seseorang yang melakukan ibadah kurban, tetapi diniati untuk menggalang dukungan dalam upaya pemenangan dalam sebuah pemilihan tertentu atau dengan kata lain berkurban untuk maksud politik. Memang untuk masalah niat tersebut merupakan urusan hati dan yang mengetahunya hanyalah pihakyang menjalankan dan Tuhan, tetapi dengan indikasi lahir yang dapat disimpulkan seperti itu, maka perlu diingatkan kepada semua pihak agar tidak memanfaatkan ibadah kurban tersebut untuk hal-hallain selain ingin mendapatkan ridla dan karunia dari Tuhan.

Pada akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwa ibadah kurban yang kita lakukan setiap idul adl-ha itu merupakan bentuk ibadah yang bertujuan untuk mendorong pelakunya agar selalu berkeinginan untuk menolong mereka yang kurang mampu atau sedang menderita karena sebuah musibah ataupun karena sebab lain. Dorongan untuk selalu membantu tersebut kemudian diwujudkan dalam realitas kehidupan sehari hari, dan bukan hany berhenti sebatas pada saat idul adl-ha saja. Demikian juga dorongan membantu tersebut didasarkan dari rasa ikhlas untuk mendapatkan ridla dari Tuhan, dan bukan ada sebab lain yang menjadi motivasi memberikan pertolongan tersebut.

Ajaran untuk membantu dan memberikan pertolongan kepada mereka yang sedang dalam kesulitan secara tulus ikhlas sebagaimana dilambangkan oleh ibadah kurban tersebut memang sangat penting artinya bagi masyarakat dan bagi kehidupan yang baik menuju masyarakat madani yang kita cita-citakan. Karena itu kita sangat berharap bahwa dengan ibadah kurban ini akan dapat memberikan penyadaran kepada semua pihak bahwa sikap saling membantu tanpa pamrih itu merupakan sikap yang seharusnya dikembangkan dalam masyarakat kita, sehingga upaya kita mewujudkan masyarakat yang makmur, adil, tenteram dan sejahtera akan dapat kita raih. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar