Minggu, 02 Oktober 2011

SIFAT KASIH SAYANG TUHAN

Ketika kita berbicara tentang sifat-sifat Tuhan tentu harus dengan penuh kesadaran bahwa sifat Tuhan tersebut mutlak dan tidak terbatas. Begitu juga sifat kasih dan sayang-Nya, harus kita asumskan sebagai kasih sayang yang tidak terbatas. Artinya meskipun para makhluk Tuhan bisa mempunyai sifat-sifat sebagaimana yang dimiliki Tuhan, namun sangat berbeda; kalau sifat Tuhan itu mutlak, sementara sifat makhluk Tuhan itu sangat terbatas. Kasih sayang yang dimiliki oleh makhluk Tuhan, termasuk manusia tentu dibatsi oleh kepentingan, situasi dan kondisi yang melingkupinya. Bahkan dalam keyakinan umat Islam, kasih sayang Tuhan itu mencakup ketika di dunia ini dan juga ketika nanti di alam kelanggengan, akhirat.

Kata kasih dan sayang terkadang diungkapkan secara bersamaan dan menerus menjadi kasih sayang yang mempunyai mempunyai satu makna. Namun terkadang juga penggunaaannya dipisahkan dan mempunyaikontasi sendiri-sendiri. Dalam bahasa Arab, padanan kata-kata kasih dan sayang tersbeut juga sering diartikan sama oleh umat, padahal sesungguhnya ada perbedaan nayata diantara keduanya. Kasihbiasanya dijadikan arti darimawaddah sedangkan untuk kata sayang biasanya digunakan untuk memberikan arti rahmah.

Kasih itu merupakan sifat baik yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain disebabkan adanya sesuatu yang menjadikannya mengasihi, dan biasanya hanya untuk sementara saja, dan pada saatnya akan dapat hilang bersama dengan perubahan yang terjadi, baik pada diri orang yang dikasihi maupun orang yang mengasihi sendiri. Misalnya seseorang mengasihi orang lain yang berjenis kelamin berbeda karena dia menginginkan untuk menjadikannya sebagai pendamping hidup, dan bahkan setelah hidup berdampingan sebagai suami isteri juga masih mengasihi, karena masih cantik, menarik dan cerdas, misalnya.

Tetapi sesuai dengan keterbatasan sifat kasih tersebut, sewaktu-waktu sifat tersebut akan dapat hilang bersamaan dengan hilangnya sesuatu yang menjadikannya mengisihi tersebut. Dalam hal contoh tersebut ialah sifat kasih akan dapat hilang bersamaan hilangnya kecantikan, atau ketertarikan, atau bahkan sudah sangat lamban dan lainnya. Atau juga dapat disebabkan adanya ketertarikan orang yang mengasihi tersebut kepada orang lain atau timbulnya kebosanan pihak yang mengasihi dan sejenisnya, sehingga sifat kasih tersebut akan pelan-pelan menjadi luntur dan bahkan hilang sama sekali.

Untuk itu sifat kasih tersebut, kalau dihubungkan dengan sifat manusia, maka harus digandengkan dengan sifat sayang yang bermakna lain. Mengapa demikian? Ya, karena kalalu tidak digandengkan, maka akan sering terjadi bebagai persoalan dalam membina kehidupan rumah tangga. Untuk itu kita dapat melihat dan menyaksikan bahwa Tuhan juga menggandengkan kedua sifat tersebut untuk kehidupan manusia agar terbina keluarga yang langgeng dan tercipta ketenangan. Kata mawaddah danrahmah digandengkan oleh Tuhan dalam memberikan sifat kepada manusia, dengan tujuan agar manusia dapat mempertahankan sifat tersebut di dalam kehidupannya, terutama dalam membina rumah tangga yang tenang dan tenteram.

Sebagaimana kita katahui bahwa banyak umat Islam yang tidak membedakan atau menganggap sama antara kedua sifat tersebut, yang secara substansial sesungguhnya mengandung makna berbeda, sehingga dalam menerjemahkan kata-kata tersebut dalam keseharian, umat selalu menganggap sama. Akibatnya banyak yang kemudian tidak dapat menghayati hakekat dan makna keduanya, sebagaimana dimaksudkan sendiri oleh Tuhan.

Kata sayang sesungguhnya mempunyai makna yang lebih luas dari hanya sekedar kasih. Sifat sayang tersebut relative dapat bertahan lama, karena dasar keluarnya sifat tersebut bkan semata-mata kepentingan sebagaimana dalam sifat kasih, melainkan diletar-belakangi olehkeinginan untuk mempertahankan sesuatu dan kesadaran yang tinggi atas tanggung jawab dan juga keyakinan yang kuat. Sehingga dengan demikian sifat sayang tersebut tidak akan mudah hilang danluntur, tetapi justru malah semakin kuat seiring dengan kesadaran yang ada.

Kalau kemudian kondisi ini dimanifestasikan dalam kehidupan keluarga sebagaimana disebutkan dalam surat al-Rum ayat 21, yang maksudnya "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan isteri-isteri untuk kamu dari jenismu sendiri, supaya kamu supaya kamu cenderung (tenang) dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadkannya diantara kamu kasih dan sayang. Sesungghnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir", maka dapat digambarkan sebagai berikut.

Sifat kasih tersebut akan muncul ketika untuk pertama kalinya umat manusia menikah untuk membina rumah tangga, karena banyak gambaran dan harapan yang dapat dirajut mereka. Artinya pasangan yang baru menikah tersebut tentu akan saling mangasihi, karena masih sangat membutuhkan, termasuk dalam persoalan biologis. Masing-masing pasangan tersebut saling mengasihi karena ketertarikan dalam persoalan fisik, seperti wajah yang cantik atau tampan, atau bahkan karena kemampuan salah satu pihak dalam hal financial ataupun cara bergaul dan lainnya. Tetapi kalau yang ada hanya sifat kasih saja, maka pada saat salah satu pasangan mengalami penyusutan, baik dalam hal kecantikan atau ketampanan, dalam hal kekayaan, dan dalam hal kemampuan untuk memberikan pelayanan, tentu sifat kasih tersebut akan menghilang.

Kalau hal tersebut dibiarkan, tentu akan menjadi sumber ketidak harmonisan sebuah rumah tangga, dan akan mengantarkan rumah tangga tersebut ke gerbang perceraian. Untuk itulah sifat kasih tersebut harus digandengkan dengan sifat sayang yang akan membuat pasangan suami isteri tersebut tetap mempertahankan rumah tangganya. Gambaran sfat sayang tersebut ialah tercermin dalam ketulusan dan keikhlasan yang ditunjukkan dalam berbagai persoalan yang menyangkut kepentingan untuk mempertahankan rumah tangga. Artinya, meskipun pasangan tersebut tidak muda lagi, tetapi keharminisan akan tetap terbina dengan baik. Kalutoh salah satu pasangan tersebut tampak memudar, baik kecantikan atau harta atau kemampuan untuk melayani, maka justru pasangan lainnya akan memberikan support dan terus mendampingi dengan segala sifat sayangnya.

Untuk lebih jelasnya, kalau diandaikan salah satu pasangan tersebut mengalami kecelakaan sehingga menghilangkan salah satu fungsi dalam kehidupan rumah tangga, maka bukannya kemudian ditinggalkan dan di"undat-undat" kelemahannya tersebut, melainkan justru terus diberikan support agar terus percaya diri dan tidak rendah diri yang akan mengakibatkan ketidak harmonisan hubungan diantara keduanya. Jadi sifat sayang dapat dipastikan akan selalu dibarengai dengan sikap dapat mengerti dan bahkan mau berkorban demi menjaga keutuhan sebuah cita-cita yang dirancang bersama.

Sehingga dengan demikian penggandengan sifat kasih dan sayang tersebut dikandung maksud bahwa semua orang itu harus dapat mempertimbangkan segala kemungkinan yang bakal terjadi. Semua manusia harus menyadari dan sekaligus mau menjalankan kehidupan yang terkadang suka dan terkadang duka. Kalau pada saat pasngannya dalam rumah tangga sangat menarik dan menggairahkan, maka hal harus diterimanya sebagai kondisi suka, dan pada saat pasangannya tampak kurang menarik dan kurang menggairahkan, juga harus tetap memperhatikannya dan memberikan support agar tetap bersikap mesra, dan bukannya malah berpaling dan mencari pasangan lain. Itulah sifat sayang yang mampu mengendalikan diri dari jeratan nafsu, dan lebih mementingkan keutuhan sebuah keinginan bersama, serta mau berkorban.

Nah, kalau kemudian kita hubungkan kasih sayang tersebut dengan Tuhan, tentu, disamping kita harus mengartiannya sebagai sifat yang tidak terbatas sebagaimana tersebut di atas, maka secara umum dapat dikelompokkan kepada dua hal, yakni kasih Tuhan dan sayang Tuhan. Kasih Tuhan akan diberikan kepada siapa saja, termasuk mereka yang membangkang terhadap perintah-Nya dan tidak mau mengakui keagungan dan kekuasaan-Nya. Kasih Tuhan tersebut diberikan kepada seluruh makhluk-Nya pada saat berada di dunia ini. Semua makhluk ketika bedara di dunia ini diberikan kasih oleh Tuhan berupa kenikmatan yang begitu luas dan besar, walaupun tentu tidak semuanya sama. Bukti dari kasih Tuhan tersebut ialah semua makhluk termasuk yang kafir, tetap diberikan nikmat, baik berupa fisik, kesehatan, kekayaan, kemampuan, dan lainnya, bahkan terkadang tampak bahwa nikmat yang diberikan oleh Tuhan kepada orang kafir, terutama dalam hal kekayaan, terasa lebih dibandingkan kepada umat Islam.

Namun sesungguhnya umat Islam tidak perlu khawatir bahwa justru nikmat Tuhan yang paling berharga ialah nikmat iman dan ketaqwaan yang kita miliki dan tidak dimiliki oleh orng kafir. Jadi kita harus tetap berhusnudzdzan bahwa Tuhan tetap memberikan yang lebih kepada umat Islam, meskipun Tuhan dalam memberikan kasih-Nya tersebut merata kepada semua makhluk, dan bukan hanya terbatas kepada yang beriman saja.

Sementara itu sifat sayang Tuhan itu hanya diperuntukkan bagi umat yang beriman dan tunduk kepada aturan Tuhan, baik yang dahulu maupun yang mengikuti kepada Nabi Muhammad SAW., khususnya pada saat mengalami kehidupan di akhirat nanti Artinya pada saat di alam kelanggengan akhirat nanti, sifat sayang Tuhan tersebut hanya dikhususkan bagi mereka yang beriman dan taat saja, yakni dengan diberikannya tempat yang sangat nyaman dan penuh dengan kenikmatan, yakni surga.

Dengan demikian sifat kasih Tuhan itu lebih luas dan diberikan kepada siapa saja, termasuk yang tidak beriman dan membangkang, sedangkan sifat sayang Tuhan hany diperuntukkan bagi umat yang beriman dan taat, pada saat mereka nanti berada di akhirat, yakni disurga yang dijanjikan itu. Semoga kita semua nantinya akan dapat menikmati seluruh kasih dan juga sayang Tuhan, sehingga kita akan termasuk makhluk yang paling beruntung. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar